Rabu, 17 Desember 2025

Rindu Genggam


Di telapak tangan yang bertepuk pada irama bersama, 

kugenggam rindu pada langit yang lebih terbuka. 

Rindu ini, biji yang pernah kusemai di bawah akar, 

tumbuh sunyi dalam tanah tandus yang pekat.

Di sela jari-jari yang terkatup rapat, 

terselip bisikan angin dari arah yang lain. 

Kugenggam erat keraguan bagai mutiara di dasar samudra, 

berkilau sendiri dalam kesendirian yang sunyi.

Wahai, rindu yang kau genggam itu adalah burung yang kakinya terikat,

terbang tinggi hanya untuk menyentuh cakrawala, 

namun tak bebas untuk menyatu dengan langit. 

Laksana biji kurma di tengah gurun pasir

menanti hujan yang mungkin takkan turun, 

sambil menyimpan oasis utuh dalam dirinya yang kecil.

Sebab terkadang, menggenggam adalah cara untuk melepaskan yang lain. 

Menggenggam rindu berarti menghidupkan jiwa yang tak tunduk, 

meski raga telah menjadi patung dalam arak-arakan kesepakatan. 

Antara kepalan dan terbuka tangan, tersimpan langit yang menunggu.

Dan kelak, genggaman ini pasti akan terbuka

bukan untuk melepas rindu pada angin yang berlalu, 

melainkan untuk mengubahnya menjadi sayap yang membawamu 

menuju langit yang kau damba.


(17 Desember 2025)

Rabu, 03 Desember 2025

Bisikan Sunyi


BISIKAN SUNYI

Angin berbisik lirih, penuh penyesalan,
Namun ranting rapuh tak bisa menahan,
Patah itu bukan kesalahan angin,
Melainkan takdir yang harus diterima.

Jangan kau salahkan angin yang berhembus,
Ia hanya pembawa kisah dan rindu,
Ranting patah adalah nyanyian alam,
Tentang kehilangan yang membawa damai.

Dalam patah ada rahasia tersembunyi,
Seperti bunga yang gugur di musim semi,
Ia mengajarkan kita arti melepaskan,
Dan menemukan cinta dalam keheningan.

Angin boleh meminta maaf berkali,
Namun ranting tetap jatuh ke bumi,
Di sana ia beristirahat dalam pelukan tanah,
Menjadi bagian dari siklus kehidupan abadi.


(3 Desember 2025)

Selasa, 24 September 2024

Sajak tuk Ananda (5)

 

Sajak tuk Ananda (5)

 

Ananda sayang

Nikmat alam sungguh luar biasa

Takkan habis untuk manusia

Ada yang binasa karena upaya

Ada yang celaka karena dusta

Akal kita untuk berzikir

bukanlah merusak pikir

 

Ingatlah Sang Pencipta

Bahwa kita tiada kuasa

Takkan kita punya ilmu

Tanpa tahu pemberi ilmu

Yang satu pemberi ilmu

Yang Maha Ilmu

 

Kuingin

ajarkan

segala,

dengan

segala alpa.

 

Moga diterima

tuk ananda tercinta

Agar jadi niat pada mula

Agar jadi penyesalan bila alpa

Moga jadi cinta abadi akhirnya.


(Maret 2008)


dimuat dalam buku kumpulan puisi 

Karakter 

Irama Warung Kopi



 Irama warung kopi


Melintang kaki sebentang bangku

Melewati malam menanti terpaku

Kelakar tetamu disudut yang satu

Tanpa kenalpun tetap bersekutu

 

Irama adukan kian bermakna

Terkuak aroma menyongsong rasa

Yang dinantipun segera tiba

Secangkir kopi pemantik raga

 

 

(4-10-2016)    

dimuat dalam buku:

Kumpulan Puisi Kopi 1550 Mdpl  

Senin, 29 Juli 2024

Berat Hati Pujangga

 

 Berat Hati Pujangga


Berat hati pujangga, harus bersiap teriris lekuk hatinya

Ketika sang fana dicinta, fatamorgana khan jadi asa

Wahai penghias dunya, jangan tinggalkan sang raga

Meski senandung segera sirna, biarkan sahaya mengaisnya

Walau renjana sering bertaut duka,

Keelokan puspamu menghadirkan jiwa,

Di antara kelam, tercipta lara dan bahagia,

Menarilah bersama, dalam irama senja.

Kenangan yang terpatri, meski tak sempurna,

Hadirkan mimpi, bersama angan yang menyapa,

Menikmati rasa gentar seiring terluka,

Di balik awan mendung, berharap mentari bersinar nyata.

Lukiskan kisah di setiap langkah,

Hingga semesta merangkai kisahmu yang terdengar indah,

Menggapai harapan di balik redupnya sedyakala,

Menjadi saksi perjalanan sang pujangga.

 

 

Medio 2024

Rabu, 23 Juli 2008

Selamat Datang

Selamat Datang

Selamat datang anak cucu setan
Bakarlah seluruh tubuhku.
Hingga kuberjalan tanpa arti
Tak tahu lagi siapa diri ini.
Siapa yang berjalan ini
aku atau mereka.
Aku hanya berkuasa untuk melihat
sedang mereka berkuasa atas jiwa.
17-8-99

Mata HAtiku Kehitam-hitaman

Mata Hatiku Kehitam-hitaman
Mataku tak sanggup melihat
yang diinginkan hati.
Hatiku tak mampu mengekang
kehendak mata.
Di mana mata hatiku,
telah berubahkan menjadi pudar?
kehitam hitaman.

26-7-99